Pages

Diberdayakan oleh Blogger.

Kamis, 11 Juli 2013

JURISPRUDENTIAL TEACHING MODEL (MODEL PEMBELAJARAN YURISPRUDENSI )

Model ini dirancang untuk siswa dalam studi sosial dan menyiratkan metode kasus sebuah studi, mengingatkan pendidikan hukum. Studi kasus yang melibatkan masalah sosial di daerah-daerah di mana kebijakan publik harus dilakukan (keadilan dan kesetaraan, kemiskinan dan kekuasaan dll) Mereka dituntun untuk mengidentifikasi kebijakan publik isu-isu serta pilihan yang tersedia untuk berhubungan dengan mereka dan nilai-nilai yang mendasari orang-orang pilihan. Model ini dapat digunakan di daerah manapun di mana ada isu-isu kebijakan publik, karena etika misalnya dalam ilmu pengetahuan, bisnis dan olahraga dan lain-lain.
Keterangan dari sumber lain: 
Model ini didasarkan pada konsepsi masyarakat di mana orang berbeda pandangan dan prioritas dan nilai-nilai sosial yang sah bertentangan dengan satu lain. Menyelesaikan kompleks, isu-isu kontroversial dalam konteks tatanan sosial yang produktif membutuhkan warga negara yang dapat berbicara satu sama lain dan berhasil bernegosiasi tentang perbedaan mereka.

A.    Orientasi Model
Model pembelajaran yang dipelopori oleh Donald Oliver dan James P. Shaver ini didasarkan atas pemahaman masyarakat di mana setiap orang berbeda pandangan dan prioritas satu sama lain, di mana nilai-nilai sosialnya saling berkonfrontasi satu sama lain. Memecahkan masalah kompleks dan kontroversial di dalam konteks aturan sosial yang produktif membutuhkan warga negara yang mampu berbicara satu sama lain dan bernegosiasi tentang keberbedaan tersebut.

B.     Prosedur Pembelajaran
Biasanya, kunci utama keberhasilan model ini adalah melalui Metode Dialog Sokrates (debat konfrontatif). Langkah-langkah yang harus dilakukan meliputi enam langkah yaitu, (1) orientasi terhadap kasus (2) mengidentifikasi isu (3) pengambilan posisi (sikap), (4) menggali argumentasi untuk mendukung posisi (sikap) yang telah diambil (5) memperjelas ulang dan memperkuat posisi (sikap), dan (6) menguji asumsi tentang fakta, definisi, dan konsekuensi.

C.     Aplikasi.
Model ini diracang untuk siswa SLTP ke atas. Bagi siswa yang kelasnya lebih rendah harus dimodifikasi sedemikian rupa sehingga memungkinkan terjadi perdebatan kritis yang seru. Perdebatan kritis pada awalnya sangat menakutkan bagi siswa, terutama bagi mereka yang pendiam. Untuk mengatasi hal ini, guru sebaiknya tidak melakukan perdebatan dengan dirinya. Sebaiknya siswa dibagi dalam beberapa kelompok kecil dan saling berargumentasi mempertahankan sikap masing-masing terhadap isu-isu sosial yang sedang dibahas.



separador

1 komentar:

FN mengatakan...

bagaimana kalau ada siswa yang ingin mengeluarkan pendapanyan akan tetapi siswa itu takut untuk memulainya, karena selalu berpikir bahwa jawabannya itu salah, nah bagaimana menyikapi anak yang semacam ini??? mohon jawabannya.........

Posting Komentar

Followers