Model ini dirancang untuk siswa dalam studi sosial dan
menyiratkan metode kasus sebuah studi, mengingatkan pendidikan hukum. Studi
kasus yang melibatkan masalah sosial di daerah-daerah di mana kebijakan publik
harus dilakukan (keadilan dan kesetaraan, kemiskinan dan kekuasaan dll) Mereka
dituntun untuk mengidentifikasi kebijakan publik isu-isu serta pilihan yang
tersedia untuk berhubungan dengan mereka dan nilai-nilai yang mendasari
orang-orang pilihan. Model ini dapat digunakan di daerah manapun di mana ada
isu-isu kebijakan publik, karena etika misalnya dalam ilmu pengetahuan, bisnis
dan olahraga dan lain-lain.
Keterangan dari sumber lain:
Model ini didasarkan pada konsepsi masyarakat di mana orang
berbeda pandangan dan prioritas dan nilai-nilai sosial yang sah bertentangan
dengan satu lain. Menyelesaikan kompleks, isu-isu kontroversial dalam konteks
tatanan sosial yang produktif membutuhkan warga negara yang dapat berbicara
satu sama lain dan berhasil bernegosiasi tentang perbedaan mereka.
A.
Orientasi
Model
Model pembelajaran yang dipelopori oleh Donald Oliver dan
James P. Shaver ini didasarkan atas pemahaman masyarakat di mana setiap orang
berbeda pandangan dan prioritas satu sama lain, di mana nilai-nilai sosialnya
saling berkonfrontasi satu sama lain. Memecahkan masalah kompleks dan
kontroversial di dalam konteks aturan sosial yang produktif membutuhkan warga
negara yang mampu berbicara satu sama lain dan bernegosiasi tentang keberbedaan
tersebut.
B.
Prosedur
Pembelajaran
Biasanya, kunci utama keberhasilan model ini adalah melalui
Metode Dialog Sokrates (debat konfrontatif). Langkah-langkah yang harus
dilakukan meliputi enam langkah yaitu, (1) orientasi terhadap kasus (2)
mengidentifikasi isu (3) pengambilan posisi (sikap), (4) menggali argumentasi
untuk mendukung posisi (sikap) yang telah diambil (5) memperjelas ulang dan memperkuat
posisi (sikap), dan (6) menguji asumsi tentang fakta, definisi, dan
konsekuensi.
C.
Aplikasi.
Model ini diracang untuk siswa SLTP ke atas. Bagi siswa yang
kelasnya lebih rendah harus dimodifikasi sedemikian rupa sehingga memungkinkan terjadi perdebatan
kritis yang seru. Perdebatan kritis pada awalnya sangat menakutkan bagi siswa,
terutama bagi mereka yang pendiam. Untuk mengatasi hal ini, guru sebaiknya
tidak melakukan perdebatan dengan dirinya. Sebaiknya siswa dibagi dalam
beberapa kelompok kecil dan saling berargumentasi mempertahankan sikap
masing-masing terhadap isu-isu sosial yang sedang dibahas.
1 komentar:
bagaimana kalau ada siswa yang ingin mengeluarkan pendapanyan akan tetapi siswa itu takut untuk memulainya, karena selalu berpikir bahwa jawabannya itu salah, nah bagaimana menyikapi anak yang semacam ini??? mohon jawabannya.........
Posting Komentar