A.
Pengertian
pendekatan perkembangan
Perkembangan (Development) merupakan suatu proses yang pasti di alami
oleh setiap individu, perkembangan ini adalah proses yang bersifat kualitatif
dan berhubungan dengan kematangan seorang individu yang ditinjau dari perubahan
yang bersifat progresif serta sistematis di dalam diri manusia. Akhmad Sudrajat
: 2008, memberikan definisi bahwa “Perkembangan dapat diartikan sebagai
perubahan yang sistematis, progresif dan berkesinambungan dalam diri individu
sejak lahir hingga akhir hayatnya atau dapat diartikan pula sebagai perubahan –
perubahan yang dialami individu menuju tingkat kedewasaan atau kematangannya.”
Sesorang individu mengalami perkembangan sejak masa konsepsi, serta akan berlangsung selama hidupnya. “Perkembangan adalah proses yang berlangsung sejak konsepsi, lahir dan sesudahnya, dimana badan, otak, kemampuan dan tingkah laku pada masa usia dini, anak2, dan dewasa menjadi lebih kompleks dan berlanjut dengan kematangan sepanjang hidup.”( Dr Siti Aminah Soepalarto, SpS (K). : 2008 ). Maka dengan kata lain dapat kita artikan bahwa sepanjang hidup kita merupakan suatu rangkaian proses yang terus berlanjut, proses tersebut meliputi perkembangan (development), pertumbuhan (growth) serta kamatangan (maturation) baik fisik maupun psikis. Tidak ada periode usia yang mendominasi perkembangan hidup. Perkembangan meliputi keuntungan dan kerugian, yang berinteraksi dalam cara yang dinamis sepanjang siklus kehidupan. Sehingga selama proses bertambahnya usia, maka selama itulah proses perkembangan akan terus berjalan. Proses ini terjadi dalam diri manusia secara bertahap dan memiliki fase – fase tertentu yang menjadi acuan proses perkembangan tersebut, seperti yang dikemukakan oleh Sigmund Freud, fase perkembangan dibagi menjadi 6 fase yaitu ; Fase Oral atau mulut yang merupakan sentral pokok keaktifan yang dinamis, Fase Anal, Fase Falis atu alat kelamin, Fase Latent, Fase Pubertas dan Fase Genital atau proses menginjak kedewasaan.
Sesorang individu mengalami perkembangan sejak masa konsepsi, serta akan berlangsung selama hidupnya. “Perkembangan adalah proses yang berlangsung sejak konsepsi, lahir dan sesudahnya, dimana badan, otak, kemampuan dan tingkah laku pada masa usia dini, anak2, dan dewasa menjadi lebih kompleks dan berlanjut dengan kematangan sepanjang hidup.”( Dr Siti Aminah Soepalarto, SpS (K). : 2008 ). Maka dengan kata lain dapat kita artikan bahwa sepanjang hidup kita merupakan suatu rangkaian proses yang terus berlanjut, proses tersebut meliputi perkembangan (development), pertumbuhan (growth) serta kamatangan (maturation) baik fisik maupun psikis. Tidak ada periode usia yang mendominasi perkembangan hidup. Perkembangan meliputi keuntungan dan kerugian, yang berinteraksi dalam cara yang dinamis sepanjang siklus kehidupan. Sehingga selama proses bertambahnya usia, maka selama itulah proses perkembangan akan terus berjalan. Proses ini terjadi dalam diri manusia secara bertahap dan memiliki fase – fase tertentu yang menjadi acuan proses perkembangan tersebut, seperti yang dikemukakan oleh Sigmund Freud, fase perkembangan dibagi menjadi 6 fase yaitu ; Fase Oral atau mulut yang merupakan sentral pokok keaktifan yang dinamis, Fase Anal, Fase Falis atu alat kelamin, Fase Latent, Fase Pubertas dan Fase Genital atau proses menginjak kedewasaan.
Dalam bimbingan
terdapat tiga pendekatan perkembangan (Ihsan, 2003 : 27 - 28). Pertama,
pendekatan krisis. Atau pendekatan kuratif, yaitu suatu pendekatan
bimbingan yang diarahkan pada individu yang mengalai krisis atau masalah.
Pendekatan ini cenderung pasif, karena anaklah yang menuju si pembimbing. Kedua,
pendekatan remedial. Pendekatan ini merupakan yang diarahkan kepada
individu yang mengalami kelemahan atau halangan. Tujuan pendekatan ini adalah
membantu memperbaiki kelemahan yang dialami individu. Dalam pendekatan ini,
pembimbing memfokuskan tujuannya pada kelemahan-kelemahan individu selanjutnya
berupaya memperbaiki. Ketiga, pendekatan preventif. Pendekatan yang
diarahkan kepada antisipasi masalah-masalah umum individu dan mencegah jangan
sampai masalah tersebut terjadi. Pembimbing memberikan beberapa upaya berupa
informasi dan keterampilan untuk mencegah munculnya masalah. Pendekatan ini
banyak menggunakan teknik dan sedikit konsep.
Pendekatan yang
lebih mutakhir dan lebih proaktif dibandingkan dengan ketiga pendekatan
sebelumnya adalah pendekatan perkembangan. Guru / pendamping yang
menggunakan pendekatan ini dimulai dari pemahaman dari keterampilan dan
pengalaman khusus yang dibutuhkan anak untuk mencapai keberhasilan di tempat
belajar dan dalam kehidupan. Pendekatan perkembangan ini dinilai tepat
digunakan edalam tatanan pendidikan formal nonformal karena pendekatan ini
memberikan perhatian terhadap perkembangan anak, kebutuhan dan minat serta
membantu anak mempelajari keterampilan hidup (Kartadinata, 1998).
Banyak teknik
yang digunakan dalam pendekatan ini seperti
mengajar, bertukar informasi, berdiskusi, bermain peran, melatih,
tutorial dan konseling. Dilihat dari sisi orientasi, pedekatan perkembangan
menekankan pada pengembangan potensi dan kekuatan yang ada pada individu secara
optimal. Dalam pendekatan ini, layanan bimbingan diberikan kepada semua
individu, bukan hanya pada individu yang mengalami masalah. Bimbingan dilaksanakan secara individual, kelompok,
bahkan klasikal melalui pemberian informasi, diskusi, proses kelompok,
penyaluran bakat dan minat.
Menurut Myrik
(Murro & Kottman, 1995) pendekatan perkembangan didasari oleh pemahaman
tentang keterampilan, kebutuhan dan pengalaman khusus yang dibutuhkan anak
untuk mencapai keberhasilan dalam kegiatan pendidikan dan dalam kehidupan.
Kartadinata,
dkk. (1998) menjelaskan bahwa pendekatan perkembangan bertolak dari pemikiran
bahwa perkembangan yang sehat akan berlangsung dalam interaksi yang sehat
antara anak dengan lingkungannya. Pemikiran ini memiliki dua implikasi pokok dalam
bimbingan di sekolah, yaitu (1) perkembangan adalah tujuan bimbingan, ini
berarti bahwa guru / pendamping perlu memiliki kerangka berpikir dan
keterampilan yang memadai untuk memahami perkembangan anak didik sebagai dasar
rumusan tujuan dan isi bimbingan; dan (2) interaksi yang sehat dalam lingkungan
merupakan perkembangan yang harus
dikembangkan oleh guru. Ini berarti bahwa guru perlu menguasai pengetahuan dan
keterampilan khusus untuk mengembangkan lingkungan perkembangan sebagai
pendukung sistem pelaksanaan bimbingan.
Dalam
pendekatan perkembangan perolehan perilaku diharapkan membentuk pada anak didik
perlu dirumuskan secara komprehensif karena akan menjadi dasar pengembangan
program bimbingan.
B.
Prinsip-prinsip
pendekatan perkembangan
Murro dan
Kottman (1995) memaparkan tentang prinsip-prinsip dalam pendekatan
bimbingan perkembangan untuk anak usia
dini sebagai berikut.
1.
Bimbingan
dan Konseling Dibutuhkan oleh Semua Anak
Prinsip ini menekankan tentang pentingnya pelayanan bimbingan bagi
semua anak. Anak-anak perlu mengembangkan pemahaman diri yang baik dan utuh,
mereka juga perlu memiliki tanggung jawab dalam mengendalikan diri, memiliki
kematangan dalam memahami lingkungan di sekitarnya dan yang lebih penting
adalah membantu mereka tepat dalam membuat keputusan dan mengatasi
permasalahan.
Dalam prinsip ini guru / pendamping harus memfasilitasi anak dalam
mengembangkan potensi, minat dan bakat serta membantu mengatasi masalah yang
dihadapi anak.
2.
Bimbingan
dan Konseling Perkembangan Berfokus dalam Mengembangkan Kegiatan Belajar Anak
Proses bimbingan tidak terlepas dari proses pembelajaran secara
keseluruhan, dengan kata lain bimbingan dan pembelajaran merupakan suatu proses
belajar efektif bagi anak.
Kegiatan pengembangan bimbingan anak usia dini dapat menggunakan
media untuk menciptakan suasana kegiatan
belajar yang kondusif dan menyenangkan bagi perkembangan dan pertumbuhan anak
usia dini.
3.
Guru
/ Pendamping merupakan Fungsionaris Bersama dalam Program Bimbingan Perkembangan
Guru memiliki peran strategis dalam membantu menyelesaikan masalah
yang dihadapi anak dan menciptakan iklim yang sehat dalam menunjang proses
belajar dan pekembangan yang terjadi.
4.
Kurikulum
yang Terencana dan Teroganisir merupakan Komponen Penting dalam Bimbingan
Perkembangan
Dalam pengembangan program bimbingan harus direncanakan dengan baik
dan terorganisasi. Kurikulum yang dikembangkan mencakup seluruh aspek
perkembangan anak dengan tujuan membantu anak dalam mengembangkan kemampuan
untuk menghargai diri, motif berprestasi, membuat keputusan yang tepat,
merencanakan dan mencapai tujuan keterampilan memecahkan masalah, menjalin
hubungan interpersonal, keterampilan berkomunikasi dan mengembangkan perilaku
tanggungjawab, khususnya pada diri sendiri.
5.
Bimbingan
Perkembangan Memperhatikan Aspek Perkembangan Penerimaan Diri, Pemahaman Diri,
dan Pengayaan Diri Anak
Bimbingan perkembangan turut membantu anak dalam memahami diri anak
secara utuh dan menerima kelemahan dan kelebihan diri. Kegiatan pengembangan upaya
ini dapat dilakukan dengan cara memberikan kesempatan kepada anak untuk
menyampaikan ide, gagasan dan pendapatnya dengan cara alami dan tanpa tekanan.
Kebiasaan guru / pendamping mendominasi kegiatan atau sikap otoriter orang tua
di rumah dapat menyebabkan anak tampak kaku, kurang percaya diri, tidak mampu
mengembangkan kemampuan kreativitasnya. Sosialisasi dapat dilakukan dengan cara
mengobrol dengan suasana yang santai dan rileks.
6.
Bimbingan
dan Konseling Perkembangan Membantu Mendorong Proses Tumbuh Kembang Anak
Tujuan kegiatan ini adalah (a) mampu menempatkan nilai pada diri
anak sebagaimana dirinya sendiri; (b) percaya pada dirinya sendiri; (c) percaya
akan kemampuan dirinya sendiri dan membangun penghargaan pada dirinya; (d)
mampu bekerja dan berusaha dengan sungguh-sungguh; (e) mampu memanfaatkan
kelompok untuk mempermudah dan meningkatkan perkembangan anak; (f) memadukan
kelompok sehingga anak merasa memiliki dalam kelompok; (g) membantu
mengembangkan keterampilan secara berurutan dan secara psikologis yang
memungkinkan anak untuk sukses; (h) mengakui dan memfokuskan pada kekuatan dan
aset yang dimiliki anak; (i) memanfaatkan minat anak sebagai energi dalam
pengajaran.
7.
Bimbingan
Perkembangan Mengakui Perkembangan yang Terarah daripada Akhir Perkembangan
yang Definitif
Kekeliruan yang dialami guru adalah menyampaikan materi cenderung
mengikuti pola-pola (a) menyampaikan materi pembelajaran yang masih kaku dari
tema-tema yang ditawarkan oleh kurikulum sehingga tampak tanpa pengembangan
kreativitas guru; (b) banyak materi yang disampaikan terlalu abstrak, misalnya
pada saat menjelaskan angka hanya simbol saja tanpa dibarengi contoh konkret.
8.
Bimbingan
Perkembangan sebagai Kegiatan yang Berorientasi pada Tim, Seyogianya
Dilaksanakann oleh Tenaga Ahli (Konselor) yang Profesional
Kesuksesan kegiatan bimbingan dan konseling sangat didukung oleh
seluruh komponen lembaga. Oleh karena itu, kerjasama dan dukungan berbagai
pihak sangat dibutuhkan untuk menyesuaikan kegiatan dan pengembangan program
bimbingan.
9.
Bimbingan
Perkembangan Peduli dengan Identifikasi Awal akan Kebutuhan-kebutuhan Khusus
Anak
Dalam pendekatan ini konselor dengan guru bekerja sama untuk
melakukan asesmen terhadap kebutuhan anak. Bimbingan yan dilaksanakan perlu
dirancang utnuk memenuhi berbagai kebutuhan yan dimiliki dan diharapkan anak.
Kegiatan ini dapat dilakukan dengan menggunakan cara misalnya dengan
menggunakan teknik observasi atau catatan anekdot.
10. Bimbingan Perkembangan Peduli dengan Penerapan Aspek-aspek
Psikologi
Pendekatan ini menekankan tentang upaya pentingnya guru dalam
memperhatikan aspek-aspek psikologis anak, seperti kemampuan intelektual,
sikap, minat dan kepribadian. Dalam hal ini, bimbingan perkembangan tidak hanya
memperhatikan bagaimana anak belajar, tetapi juga turut mengarahkan pada upaya
membantu anak menggunakan berbagai kemampuan yang mereka miliki.
Lwin
seorang pakar asal Singapura menegaskan bahwa guru / pendamping mengajarkan
kepada anak untuk benar-benar memperhatikan apa yang dia lihat di sekitarnya
dan untuk menciptakan secara konstruktif gambaran dalam pikirannya menggunakan
imajinasinya maka guru / pendamping pada akhirnya akan menemukan bahwa anak
akan semakin kreatif. Hal ini karena
visualisasi kreatif dan imajinasi merupakan dua aspek utama pemikiran
kreatif.
11. Bimbingan Perkembangan Memiliki Kerangka Dasar yang Berlandaskan
pada Kajian tentang Psikologi Perkembangan dan Teori Belajar
Bimbingan perkembangan memiliki akar psikologis dan teoritis yang
jelas dan kokoh sehingga dapat dipergunakan
dalam membantu mengembangkan potensi anak secara utuh dan menyeluruh. Selain
itu, prinsip ini turut memperjelas bahwa anak adalah individu yang akan selalu
belajar. Di sini guru / pendamping harus lebih kreatif dan inovatif. Jangan
biasakan menakuti anak dengan nilai buruk yang akan dicapai ataupun dalam
bentuk anacaman lain yang tidak jelas maksud dan tujuannnya.
12. Bimbingan Perkembangan Mempunyai Sifat Berurutan dan Fleksibel
Prinsip ini menegaskan bahwa bimbingan perkembangan sangat cocok
diterapkan dalam membantu memfasilitasi perbedaan dan keragaman yang dimiliki
anak. Dalam hal ini, guru / pendamping diharapkan lebih proaktif dalam membantu
mengembangkan potensi dan memfasilitasi kebutuhan anak.
C.
Unsur-unsur
lingkungan perkembangan
Penentu
keberhasilan kegiatan bimbingan perkembangan salah satunya adalah aspek
lingkungan. Menurut Kartadinata, dkk. (1998) yang mencakup unsur-unsur
lingkungan perkembangan adalah sebagai berikut.
1.
Unsur
peluang
Unsur ini berkaitan dengan topik yang disajikan yang memungkinkan
anak mempelajari perilaku-perilaku baru. Hal ini mengandung implikasi bahwa
tujuan tema yang terkandung dalam kurikulum yan diorganisasikan harus dimaknai
dan dijabarkan ke dalam tujuan pengembangan pribadi, sosial, karier,
keterampilan berkomunikasi, kemampuan memecahkan masalah, dan pengembangan konsep
diri.
2.
Unsur
pendukung
Unsur ini berkaitan dengan proses pengembangann interaksi yang
dapat menumbuhkan kemampuan anak untuk mempelajari perilaku baru baik secara
kognitif, afektif, maupun psikomotorik. Unsur pendukung ini berkaitan dengan
upaya guru dalam pengembangan (a) relasi jaringan kerja yang dapat menyentuh
anak dan memungkinkan mereka mengembangkan
kemampuan dan (b) keterlibatan seluruh anak di dalam proses interaksi.
3.
Unsur
penghargaan
Esensi
unsur ini terletak pada penilaian dan pemberian balikan yang dapat memperkuat
pembentukan perilaku baru. Penilaian dan balikan ini perlu dilakukan sepanjang
proses bimbingan berlangsung; diagnosis dilakukan untuk mengidentifikasi
kesulitan yang dihadapi anak dan perbaikan serta penguatan dilakukan untuk
membentuk pola-pola perilaku baru.
Ririn Listyawati/k8110045
1 komentar:
daftar pustakanya dong
Posting Komentar