Pages

Diberdayakan oleh Blogger.

Kamis, 11 Juli 2013

Evaluasi pembelajaran Sains AUD

A.    EvaluasiPenbelajaranSainsUntuk PAUD
Salah satu komponen penting dalam sistem pembelajaran adalah penilaian atau evaluasi. Oleh karena itu, perangkat penilaian merupakan bagian integral yang dikembangkan berdasarkan tuntutan tujuan pendidikan. Menurut Arikunto (2009), penilaian dalam pendidikan merupakan sebuah proses pengumpulan data untuk menentukan ketercapaian tujuan pendidikan, bahkan aktivitas penilaian dapat pula digunakan untuk mengambil keputusan. Penilaian dilakukan dengan berbagai cara dan menggunakan beragam alat penilaian untuk memperoleh informasi tentang kemajuan atau pencapaian kompetensi siswa.
Dalam konteks pembelajaran di kelas, penilaian dilakukan oleh guru untuk mengukur perkembangan hasil belajar siswa sebagaimana yang dirumuskan dalam tujuan pembelajaran. Selain itu, penilaian juga dilakukan untuk mendiagnosis kesulitan belajar dan memberikan umpan balik kepada siswa. Dengan demikian, penilaian dilakukan secara terus menerus guna memastikan terjadinya kemajuan dalam belajar siswa. Hasil penilaian yang diperoleh, dapat dijadikan sebagai dasar menentukan keputusan tentang upaya perbaikan pembelajaran. Dalam hal ini upaya bimbingan terhadap siswa, yang diperlukan untuk memperbaiki hasil pembelajaran.
Sains dan mengajarkan siswa tentang sains memiliki arti lebih dari pada pengetahuan ilmiah itu sendiriknowledge.. Menurut Rezba (1999), hThere are three dimensionsal ini disebabkan karena iof science that are all importalmu pengetahuan dikonstruksi atas tiga dimensi penting. The first Pertamaof these is the content of science, the basic adalah konten atau isi dari ilmu pengetahuan, konsep dasarconcepts, and our scientific knowledge., dan pengetahuan ilmiah. Dimensi ini merupakan dimensi ilmu pengetahuan yang sangat penting dan umumnya menjadi bahan pemikiran pertama. Kedua adalah The other two important dimensions of sciencprosesof doing science and scientific attitudes. kerja sains, di mana proses sains dalam hal ini adalah keterampilan proses sains yang digunakan para ilmuan dalam proses melakukan sains atau kerja ilmiah. Ketika siswa belajar sains menggunakan pendekatan keterampilan proses sains, maka pada saat yang sama juga belajar tentang keterampilan proses sains.
Dimensi ketiga ilmu pengetahuan adalah sikap ilmiah. Dimensi ini fokus pada sikap dan “watak” yang menjadi karakter dari sains. Dimensi ini mencakup hal-hal seperti rasa keingintahuan dan kemampuan imajinasi, antusiasme dalam mengajukan pertanyaan dan menyelesaikan masalah. Selain itu, sikap ilmiah yang diperlukan adalah penghargaan terhadap metode dan nilai-nilai ilmiah. Metode ilmiah dan nilai ilmiah tersebut diperlukan dalam menjawab pertanyaan dengan menggunakan berbagai macam fakta atau bukti, serta ketelitian dalam menemukan data. Lebih dari itu, sikap ilmiah yang penting adalah bahwasanya pengetahuan dan teori ilmiah berubah setiap saat berdasarkan perkembangan informasi. Dalam hal ini, siswa menyikapi kebenaran dalam ilmu pengetahuan sebagai kebenaran yang bersifat sementara atau tentatif.
Dalam sifat ketentativan ilmu pengetahuan, guru tidaklah mungkin dapat mengajarkan semua konten dalam ilmu pengetahuan. Siswa dalam keterbatasannya pun tidak mungkin dapat mengetahui semua fakta-fakta yang telah ditemukan oleh para ilmuwan. Oleh karena itu, hal yang paling rasional dapat dilakukan adalah siswa harus memahami metodologi kerja sains dan memiliki keterampilan dalam kerja ilmiah atau keterampilan proses sains. Dengan hal itu, siswa memiliki kompetensi untuk dapat mengembangkan sendiri pengetahuannya. Pada suatu saat, siswa mungkin saja dapat memberi kontribusi dalam perkembangan ilmu pengetahuan.
Keterampilan proses sains dapat dikatakan sebagai kompetensi yang bersifat generik. Keterampilan proses sains memiliki peran yang sangat penting dalam proses pembentukan ilmu pengetahuan.  Dalam hal ini, kemampuan keterampilan proses sains dapat mempengaruhi perkembangan pengetahuan siswa. Membiasakan siswa belajar melalui proses kerja ilmiah, selain dapat melatih detail keterampilan ilmiah dan kerja sistematis, dapat pula membentuk pola berpikir siswa secara ilmiah. Dengan demikian, pengembangan keterampilan proses sains dapat berimplikasi pada pengembangan kemampuan berpikir siswa (high order of thinking).
Oleh karena itu, dalam konteks pembelajaran sains pun harus dirancang sebagaimana desain tiga dimensi sains yaitu konten/produk pengetahuan, proses ilmiah dan sikap ilmiah. Dalam hal ini, pembelajaran sains haruslah mengintegrasikan antara pembelajaran keterampilan kerja ilmiah sebagai proses penemuan dan pembentukan pengetahuan, pembelajaran konsep dasar pengetahuan sains sebagai konten/produk sains, dan pembelajaran sikap ilmiah. Oleh karena pembentukan pengetahuan sains diawali dari proses yang ilmiah, maka pembelajaran sains pun harus diletakkan dan ditekankan lebih awal pada kemampuan keterampilan proses sains siswa. Dengan demikian, perkembangan kemampuan keterampilan proses siswa memiliki peran yang sama penting dan terintegrasi dengan penguasaan pengetahuan sains dan sikap ilmiah.
Menurut Rezba (1999), pengajaran dan pengukuran keterampilan proses dapat dilakukan pada seluruh tingkatan kelas. Perbedaan materi dan tingkat kerumitan, metode dan sistem pengukuran dapat disesuaikan sesuai dengan tingkat perkembangan siswa. Kemampuan siswa menggunakan proses sains akan berkembang seiring dengan berkembangnya pengalaman belajar dan tingkatan kelas atau tingkat kognitif siswa secara biopsikologis. Penilaian terhadap kemampuan keterampilan proses sains, dapat memberikan infromasi data status pencapaian keterampilan siswa. Hasil tersebut, dijadikan sebagai acuan dalam pengembangan keterampilan proses selanjutnya serta instrument refleksi terhadap perencanaan dan proses pembelajaran. Dengan demikian, pentingnya keterampilan proses sains merupakan dasar dalam pembentukan pengetahuan sains bagi siswa dan akan digunakan siswa dalam setiap sisi kehidupannya di masa depan.
Menurut Rezba (1999) dan Wetzel (2008), keterampilan proses dasar terdiri atas enam komponen tanpa urutan tertentu, yaitu:
  1. Observasiataumengamati, menggunakanlimainderauntukmencaritahuinformasitentangobyeksepertikarakteristikobyek, sifat, persamaan, danfituridentifikasi lain.
  2. Klasifikasi, proses pengelompokandanpenataanobjek
  3. Mengukur, membandingkankuantitas yang tidakdiketahuidenganjumlah yang diketahui, seperti: standardan non-standarsatuanpengukuran.
  4. Komunikasi, menggunakan multimedia, tulisan, grafik, gambar, ataucara lain untukberbagitemuan.
  5. Menyimpulkan, membentuk ide-ide untukmenjelaskanpengamatan.
  6. Prediksi, mengembangkansebuahasumsitentanghasil yang diharapkan.
MenurutRezba (1999), keenamketerampilan proses dasar di atasterintegrasisecarabersama-samaketikailmuanmerancangdanmelakukanpenelitian, maupundalamkehidupansehari-hari. Semuakomponenketerampilan proses dasarpentingbaiksecaraparsialmaupunketikaterintegrasisecarabersama-sama. Keterampilan proses dasarmerupakanfondasibagiterbentuknyalandasanberpikirlogis. Olehkarenaitu, sangatpentingdimilikidandilatihkanbagisiswasebelummelanjutkankeketerampilan proses yang lebihrumitdankompleks.
Keterampilan proses sains dapat meletakkan dasar logika untuk meningkatkan kemampuan berpikir siswa bahkan pada siswa di kelas awal  tingkat sekolah dasar. Di kelas awal, siswa lebih banyak menggunakan keterampilan proses sains yang mudah seperti pengamatan dan komunikasi, namun seiring perkembangannya mereka dapat menggunakan keterampilan proses sains yang kompleks seperti inferensi dan prediksi (Rezba, 1999).         
Penilaianmerupakantahapanpentingdalam proses pembelajaran. Penilaiandalampembelajaransainsdapatdimaknaisebagaimembawakonten, proses sainsdansikapilmiahsecarabersama-sama.Penilaiandilakukanterutamauntukmenilaikemajuansiswadalampencapaianketerampilan proses sains.
MenurutSmith danWelliver, pelaksanaanpenilaianketerampilan proses dapatdilakukandalambeberapabentuk, diantaranya:
  1. Pretesdanpostes.  Guru melaksanakanpenilaianketerampilan proses sainssiswapadaawaltahunsekolah. Penilaianinibertujuanuntukmenentukankekuatandankelemahandarimasing-masingsiswadalamketerampilan yang telahdiidentifikasi. Padaakhirtahunsekolah, guru melaksanakanteskembaliuntukmengetahuiperkembanganskorsiswasetelahmengikutipembelajaransains.
  2. Diagnostik. Guru melaksanakanpenilaianketerampilan proses sainssiswapadaawaltahunajaran. Penilaianinibertujuanuntukmenentukanpadabagianmanasiswamemerlukanbantuandenganketerampilan proses. Kemudian guru merencanakanpelajarandankegiatanlaboratorium yang dirancanguntukmengatasikekurangansiswa.
  3. Penempatankelas. Guru melaksanakanpenilaianketerampilan proses sainssiswasebagaisalahsatukriteriadalampenempatankelas. Misalnya, criteria untukmemasukikelasakselerasi, kelassainsataukelasunggulan.
  4. Pemilihankompetisissiswa. Guru melaksanakanpenilaianketerampilan proses sainssiswasebagaikriteriautamadalampemilihansiswa yang akanikutdalamlomba-lombasains. Jikasiswamemilikiskortestinggi, makadiaakandapatmengikutilombasainsdenganbaik.
  5. Bimbingankarir. Biasanyaparapenelitimelakukanujicobamenggunakanpenilaianketerampilan proses sainsuntukmengidentifikasisiswa yang memilikipotensi di bidangilmupengetahuandanteknologi yang dapatdibina.
Penilaianketerampilan proses sainsdilakukandenganmenggunakaninstrumen yang disesuaikandenganmateri  dantingkatperkembangansiswaatautingkatankelas (Rezba, 1999). Olehkarenaitu, penyusunaninstrumenpenilaianharusdirencanakansecaracermatsebelumdigunakan.  MenurutWidodo (2009), penyusunaninstrumenuntukpenilaianterhadapketerampilan proses siswadapatdilakukandenganlangkah-langkahsebagaiberikut:
  1. Mengidentifikasikanjenisketerampilan proses sains yang akandinilai.
  2. Merumuskanindikatoruntuksetiapjenisketerampilan proses sains.
  3. Menentukandengancarabagaimanaketerampilan proses sainstersebutdiukur (misalnyaapakahtesunjukkerja, testulis, ataukahteslisan).
  4. Membuatkisi-kisiinstrumen.
  5. Mengembangkaninstrumenpengukuranketerampilan proses sainsberdasarkankisi-kisi yang dibuat. Padasaatiniperlumempertimbangkankonteksdalam item tesketerampilan proses sainsdantingkatanketerampilan proses sains (objektes)
  6. Melakukanvalidasiinstrumen.
  7. Melakukanujicobaterbatasuntukmendapatkanvaliditasdanreliabilitasempiris.
  8. Perbaikanbutir-butir yang belum valid.
  9. Terapkansebagaiinstrumenpenilaianketerampilan proses sainsdalampembelajaransains.
Padalangkah-langkahpenyusunan instrument di atas, pencarianvaliditasdanreabilitasempiristerutamadilakukanuntukpenilaianketerampilan proses sains yang beresikotinggi. Penilaian yang beresikotinggi yang dimaksudadalahpenilaiandalampenelitian, penilaiandalamskalabesarataupenilaianuntuktujuantertentu.
Pengukuranterhadapketerampilan proses siswa, dapatdilakukandenganmenggunakaninstrumentertulis. Pelaksanaanpengukurandapatdilakukansecarates(paper and pencil test)danbukantes.Penilaianmelaluitesdapatdilakukandalambentuktestertulis(paper and pencil test).Sedangkanpenilaianmelaluibukantesdapatdilakukandalambentukobservasiataupengamatan.MenurutBajah (2000), penilaiandalamketerampilan proses agaksulitdilakukanmelaluitestertulisdibandingkandenganteknikobservasi. Namundemikian, menggunakankombinasikeduateknikpenilaiantersebutdapatmeningkatkanakurasipenilaianterhadapketerampilan proses sains.










separador

1 komentar:

Unknown mengatakan...

kok bahasanya campur aduk ya.. bikin gag jelas..

Posting Komentar

Followers